Beberapa bulan yang lalu, kami dari komunitas robotika UIN Maliki Malang diajak salah seorang dosen untuk observasi ke Gunung Kelud, Kediri. Tujuan utama kami adalah mengambil citra kawah Gunung Kelud menggunakan
drone. Walaupun begitu, kami juga punya tujuan selingan, yaitu liburan. hehehe. Lantas, apa pentingnya mengambil citra kawah gunung? Usut punya usut, ternyata citra kawah gunung dapat dijadikan sampel data citra yang terdapat
noise (gangguan) berupa kabut. Sebagaimana yang mafhum kita ketahui bahwa dataran tinggi seperti di sekitar kawah gunung memiliki tingkat kelembaban udara tinggi sehingga rawan terdapat kabut, baik kabut tipis hingga kabut yang pekat.
Coba kita kaitkan dengan pengalaman kita sehari-hari. ketika kita memotret suatu objek, tentu kita berharap agar hasil pemotretan memiliki kualitas yang baik. Kriteria hasil pemotretan yang baik salah satunya adalah objek dapat terlihat dengan jelas. Namun, adanya kabut terkadang membuat objek yang diprotret menjadi kurang jelas, terutama jika kabut yang ada cukup pekat. Hal ini sering dijumpai terutama di pagi hari. Jika terjadi seperti ini, apa yang harus dilakukan? jawaban mudahnya adalah kita tunggu saja sampai kabutnya hilang dengan sendirinya. Lho, tunggu dulu bro, bagaimana jika kabut yang ada susah untuk hilang dengan sendirinya karena daerah itu memang rawan berkabut? Tentu ini akan menjadi persoalan lain. Bagaimanapun juga harus ada usaha agar kabut dalam citra sebisa mungkin dihilangkan. Dengan begitu, objek dalam citra dapat terlihat dengan jelas. Nah, usaha untuk menghilangkan kabut dalam citra ini menjadi bahan penelitian yang menarik.
|
Gambar 1 : Contoh citra berkabut |
Salah satu istilah ilmiah yang muncul adalah
dehizing citra, yaitu usaha untuk menghilangkan
noise berupa kabut dalam citra menggunakan metode pengolahan citra. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah Guided Image Filter. Bagaimana langkah-langkah penghilangan
noise kabut pada citra menggunakan metode Guided Image Filter? Teori dan contoh implementasi Guided Image Filter telah saya jelaskan di artikel lain. Bisa teman-teman simak di
Guided Image Filter : Teori dan Implementasi
Kali ini saya lebih fokus menjelaskan hasil penghilangan citra menggunakan metode Guided Image Filter. Citra yang digunakan adalah citra kawah gunung kelud. Awalnya, kami dari tim robotika berniat mengambil citra kawah menggunakan
drone. Namun, ternyata petugas gunung kelud memiliki data kawah gunung dari cctv yang di area sekitar kawah. CCTV itu memang diperuntukkan oleh petugas gunung kelud untuk mengawasi aktivitas kawah secara
real time.
Ada tiga contoh data citra kawah gunung kelud berdasarkan intensitas kabut yang terdapat dalam citra. Pertama, citra kawah gunung kelud dengan intensitas kabut tipis. Kedua, citra dengan intensitas kabut sedang, dan ketiga dengan intensitas kabut tebal.
|
Gambar 2 : Citra kawah gunung kelud dengan intensitas kabut tipis |
|
Gambar 3 : Citra kawah gunung kelud dengan intensitas kabut sedang |
|
Gambar 4 : Citra kawah gunung kelud dengan intensitas kabut tebal |
Bagaimana saya memperoleh parameter untuk mengetahui intensitas ketebalan kabut? Mohon maaf karena penentuan itu berdasarkan subjektif saya. Saya maksudkan sebagai pembanding performa Guided Image Filter antara kabut tipis dan tebal.
Baik, proses pertama adalah dehizing citra untuk kabut yang tipis. Kemudian dilanjutkan untuk dehizing citra pada kabut berintensitas sedang, terakhir, proses dehizing citra untuk citra berkabut tebal. Prosesnya, dapat dilihat sebagaimana gambar 5,6 dan 7 berikut :
|
Gambar 5 : Proses Dehizing citra berkabut tipis |
|
Gambar 10 : Hasil Dehizing citra berkabut tebal |
Demikian, semoga bermanfaat ya!!