Mengapa Perlu Analisis Kebutuhan dalam Rekayasa Perangkat Lunak?
Table of Contents
Disadari atau tidak, banyak permasalahan dalam pengembangan perangkat lunak berakar pada keterbatasan pemahaman pengembang akan kebutuhan pengguna terhadap perangkat lunak yang dibangun. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data dan informasi yang didapatkan pada waktu proses pengumpulan, penganalisisan, penspesifikasian, verifikasi dan validasi kebutuhan dari perangkat lunak yang hendak dibangun. Menukil dari buku Analisa Kebutuhan Dalam Rekayasa Perangkat Lunak karya Daniel Siahaan (2012), berikut adalah beberapa alasan mengapa rekayasa kebutuhan diperlukan:
Ada beberapa alasan pokok yang menjadi dasar mengapa rekayasa kebutuhan perlu dilakukan dalam proses pembuatan suatu perangkat lunak, antara lain :
Semua perangkat lunak memiliki spesifikasi
Setiap perangkat lunak yang dibangun merupakan representasi dari suatu sistem. Setiap sistem memiliki tujuan tertentu, yang didalamnya terdapat komponen-komponen yang berfungsi sebagai masukan, proses, atau keluaran. Dengan kata lain, setiap perangkat lunak, sekecil atau sesederhana apa pun, pasti memiliki spesifikasi kebutuhan, yang secara tersirat maupun tersurat menggambarkan tujuan sistem beserta komponen-komponen yang dibentuknya.
Permasalahan Berawal dari Spesifikasi Kebutuhan
Menurut Davis (1993) dan Leffingwell (1997), 40% sampai dengan 60% kesalahan dalam suatu proyek pembangunan perangkat lunak yang mungkin muncul dalam tahapan berikutnya, berawal dari kesalahan yang dilakukan pada saat spesifikasi kebutuhan. Brooks (1987) mengatakan bahwa proyek pengembangan perangkat lunak seringkali over budget, terlambat, cacat atau tidak dapat diandalkan. Jones (1991) menjelaskan bahwa penyebab tunggal dari berbagai kegagalan tersebut adalah adanya defisiensi pada tahapan spesifikasi kebutuhan. Hofmann dan Lehner (2001) menemukan bahwa titik-titik defisiensi tersebut tersebar dalam ranah proses, teknologi, dan sumber daya manusianya.
Menurut Davis (1993) dan Leffingwell (1997), 40% sampai dengan 60% kesalahan dalam suatu proyek pembangunan perangkat lunak yang mungkin muncul dalam tahapan berikutnya, berawal dari kesalahan yang dilakukan pada saat spesifikasi kebutuhan. Brooks (1987) mengatakan bahwa proyek pengembangan perangkat lunak seringkali over budget, terlambat, cacat atau tidak dapat diandalkan. Jones (1991) menjelaskan bahwa penyebab tunggal dari berbagai kegagalan tersebut adalah adanya defisiensi pada tahapan spesifikasi kebutuhan. Hofmann dan Lehner (2001) menemukan bahwa titik-titik defisiensi tersebut tersebar dalam ranah proses, teknologi, dan sumber daya manusianya.
Gambar 1. Hubungan antara fase pengembangan dengan biaya perbaikan. (Sumber : Wiegers, 2003) |
Intinya, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, permasalahannya lebih disebabkan oleh salah asumsi. asumsi yang tidak dikomunikasikan, spesifikasi kebutuhan yang tidak memadai, dan perubahan kebutuhan yang terlihat sederhana tetapi sering kurang diperhatikan. Kesemuanya ini berujung pada jurang perbedaan antara apa yang dipikirkan oleh pengembang untuk seharusnya dibangun dan apa yang dibutuhkan pelanggan. Adanya perbedaan ini tergambar sebagai kualitas proses penspesifikasian kebutuhan sistem yang rendah.
Referensi :
- Siahaan, Daniel. 2012. Analisa Kebutuhan dalam Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta : Penerbit Andi
Post a Comment