Ada Sabda Kanjeng Nabi dalam Algoritma K-NN

Table of Contents

Di kelas perkuliahan, saya seringkali dihadapkan dengan kenyataan, bahwa topik yang harus disampaikan ke mahasiswa berisikan topik yang super serius. Super serius ini gabungan dari dua serius. Serius pertama adalah ketika melibatkan rumus matematika yang njelimet itu. Serius satunya, jika pembahasannya full tentang bahasa pemrograman. 

Bagaimana jika rumus matematika dinikahkan dengan pemrograman? Nah, ini nih. Apalagi kombinasi keduanya membentuk keturunan bernama algoritma. Yang didesain khusus oleh sang penemu untuk memecahkan probematika umat manusia. Tentu saja, masing-masing algoritma ini dinamai, agar mudah dikenal. Terserah yang bikin. Bisa saja suatu saat, misalnya lho ya, saya berhasil menemukan algoritma baru, lalu saya namai Abchafau Algorithm. Dibuktikan dengan publikasi ilmiah berjudul Abchafau Algorithm: A Novel Approach For Generating Unlimited Cryptocurrency. Lumayan lahAlgoritma khayalan ini bisa untuk mengatasi masalah umat Kanjeng Nabi yang suka ngeluh banyak hutang. 

Realitanya, seluruh mata kuliah core of the core-nya ilmu komputer berisikan topik yang serius, menantang, serta harus up to date terhadap perkembangan kekinian. Dalam bahasa ilmiah dikenal dengan state of the art

Anehnya, banyak mahasiswa ilmu komputer yang tak menyangka jika mereka harus dihadapkan dengan kenyataan manis seperti itu. Mereka akan dibiasakan untuk menyantap rumus matematika dan pemrograman yang bergizi tinggi. Hingga layak untuk lulus. Entah berapa semester. 

"Ndak papa pak, kata Ta'lim Muta'allim, menuntut ilmu harus thuluz zaman". Sambil cengar cengir. Biasalah, kalau masih jadi maba, disuruh jalan dari Blitar ke Tulungagung pun oke saja. Semangatnya lagi on fire.  

"Mantap, coba gimana bunyi nadhom-nya?" tantang saya. 

"Ada di nadhom alala tanalul ilma pak".  

"Hebat kali kau Bambang....."

Syair alala ini populer sekali. Apalagi di kalangan santri. Dalamnya berisikan enam syarat menuntut ilmu, salah satunya adalah waktu yang lama (thuluz zaman). Padahal, "thuluz zaman" ini relatif. Kuliah 8 semester pun sudah bisa dianggap lama. Namun, jika dimaknai sebagai memaksimalkan kuliah sampai 14 semester, ya boleh-boleh saja. Semoga ilmunya barokah. Tapi, yakin? 

Senang sekali rasanya, kami memiliki banyak mahasiswa dari kalangan santri, baik pesantren maupun madrasah.  Tepat sekali kuliah di Ilkom UNU Blitar. Tinggal mereka kami didik menjadi santri yang berilmu IT. Mereka harus kuasai ilmu dunia dan akhirat.

***

Kembali ke topik. Saya harus bisa menjelaskan algoritma yang super serius itu. Saya berusaha semampu saya. Sulit sekali rasanya, menjelaskan topik yang sulit dengan bahasa yang tidak sulit. 

Nama algoritmanya K-Nearest Neighbor. Panggilannya K-NN. Biasa digunakan untuk klasifikasi. Untung, rumus matematikanya tidak rumit. 

Saya awali dengan sebuah cerita ke mahasiswa. 

"Eh, kalian tahu ndak?", ucap saya memulai cerita. 

"Ndak pak.....", jawab mereka kompak. 

"Heh, sek talah, rek!, durung mari takon", 

Saya melanjutkan.

"Adakalanya, algoritma itu ditemukan karena inspirasi dari kehidupan, dan ada banyak lho". 

Saya amati, mereka yang ngantuk mendadak kembali ke alam sadarnya. Apalagi yang duduk di pojok itu. Maklum, godaannya tinggi.

"Ada algoritma yang terinspirasi dari proses evolusi genetika manusia, jadilah genetic algorithm. Ada juga algoritma yang niru bagaimana kerjasama solid dari kawanan semut, jadilah ant colony algorithm. Atau ada bee colony algorithm, dari namanya saja, kita tahu, algoritma itu meniru kawanan lebah madu. Menariknya, ada algoritma yang menirukan kawanan burung terbang, jadilah particle swarm optimization. Ada juga yang konyol. Ada algoritma yang meniru prinsip kerja kompetisi sepak bola. Namanya  Soccer League Competition Algorithm."

"Wah, masa pak, beneran ada itu?"

"Bener lah, tapi kayaknya ndak niru liga indonesia deh".

"grrrr.....hahaha", pada tertawa riuh.  

 "Tapi rek. Yang luar biasa, ada algorima yang ngamalne dawuh-nya kanjeng Nabi."

Tertawa mereka berhenti, dahinya mengkerut. 

"Masa pak?"

"Kok Bisa, Pak?"

"Iya dong, mau tau?", saya terkekeh.

"Dengarkan baik-baik hadist ini"

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

“Agama seseorang tergantung dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian memerhatikan, siapa yang dia jadikan teman dekatnya.” 

"Kira-kira paham ndak bagaimana hubungannya dengan K-NN?" Saya memancing penasaran mahasiswa. 

"Blas Pak"

"Oke, perhatikan baik-baik. Ojo ngantuk!"

Mereka menatap gambar yang tampil di layar LCD. 


"Coba lihat gambar itu, anggaplah gambar hijau di tengah itu sebagai seseorang yang mau ditentukan bagaimana kualitas agamanya, apakah ahli maksiat atau orang sholih. K itu adalah jumlah teman dekatnya. Ada yang warna merah, ada yang warna biru. Merah itu teman dekat yang senengane maksiat, sementara biru iku seneng amal sholih"

"Oh, gitu ya pak..."

"Terus, jika ternyata kamu sudah menentukan K, misalnya jumlahnya 3, maka akan ada teman dekat jumlahnya 3. Jika 2 berwarna biru dan 1 warnanya merah, berarti kesimpulane, orang gambar hijau itu gimana, rek?"

"Dia temasuk orang yang sholih pak", sahut mahasiswa

"Lah kenapa?" tanya saya. 

"Karena masih banyakan teman dekat yang beramal sholih dari pada maksiat, pak", "Jadi dia ikut jadi sholih". 

"Nah, tepat, ikut jadi sholih itu yang disebut sebagai hasil klasifikasi. Acuannya adalah teman dekatnya. Tinggal tentukan saja K-nya berapa, lalu perhatikan, dia adalah gambaran dari mayoritas teman dekatnya.  Itulah prinsip algoritma K-NN. Gimana, cocok dengan hadits tadi, ya?".

"Wah iya pak, kok bisa cocok begitu ya?"

"Angel ndolek dosen sing iso njelasne hubungan hadist nabi dengan algoritma". 

"ggrrrrr.....hahahaha" mereka senyam-senyum ceria. 

Alhamdulillah. Teringat dawuh guru saya dulu, "dadi pengajar iku diniati Ana Qori', Wa Anta Sami', Allahul Hadi", "Guru itu menyampaikan, murid mendengarkan, biarlah Allah yang memberikan petunjuk. 

Post a Comment